Rabu, 06 September 2017

SANGGUL MARATA (SIJAGARON)



                                           
Sanggul marata merupakan simbol kematian bagi orang batak yang meninggal di usia tua dan memiliki keturunan anak, putri sampai ke cucu. Yang di letakkan dibagian kepala peti mayat orang batak. Tapi tidak semua orang batak bisa memiliki ssanggul marata ini ketika sudah meninggal, hanya orang yang sudah memiliki cucu saja yang memilikinya.

Sanggul marata atau sijagaron:

  1. Ampang : wadah atau tempat sanggul marata yang terbuat dari ayaman rotan berbentuk kubus di dasarnya tapi bulat di bagian atasnya. 
  2.   Eme (padi) : sebagai media tanam sanggul marata yang melambangkan penyertaan Tuhan akan kehidupan orang batak. Asa eme nisi tamba tua ma, Parlinggoman nisi borok. Debata ma silehon tua, Horas ma hita on diparorot 
  3.    Hariara ( ranting dan daun pohon ara) : melambangkan keturunan anak 
  4.    Baringin ( ranting dan daun pohon beringin) : melambangkan keturunan putra. Asa martantan ma baringin, mardakka ma hariara. Sai gabe ma boru namalo mancari, horas ma anak namatakkang manjuara.
  5. Sanggar : melambangkan doa agar usaha kehidupan tetap berhasil dan dijauhkan dari masalah oleh Tuhan. Tu sanggar ma amporik, tu lubang ma satua. Sinur napinahan , gabe ma na niula. 
  6.  Ompu-ompu : melambangkan keturunan cucu 
  7.   Silinjuang : melambangkan kehormatan untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Lomak silinjuang, lomak sobinaboan.Tung tudia gomparanna i mangalakka, sai tusi ma dapotan parsaulian
  8.   Sihilap : melambangkan doa untuk mendapatkan jodoh bagi anak yang meninggal yang masih lajang ( tapi jika semua anak dan putrinya sudah menikah ini tidak dibuat lagi)
  9. Tapongan : wadah yang lebih kecil dari ampang. Ini melambangkan tingkat dari keturunan yang meninggal, jika yang meninggal hanya memilik cucu, maka tapongan ini hanya satu tingkat. Tapi jika sudah memiliki cicit ( nini, nono) maka tapongannya ditambah menjadi 2 tingkat dan selanjutnya
  10.   Beras : isi dari tapongan yang melambangkan keteguhan hati untuk mencari kehidupan dan harta yang lebih baik di masa depan. Pir ma pokki, bahul-bahul pancaloman.Pir ma tondi , tu luju-luju na ma pansamotan.
  11.   Telur ayam: melambangkan pengharapan akan bertambahnya keturunan yang lebih baik lagi buat keturunan yang ditinggalkan almarhum. 
  12.   Kemiri ( Gambiri) : merupakan doa agar kelak keturunan yang telah ditinggalkan almarhum semakin banyak diberkati harta oleh Tuhan.
Sijagaron akan di jungjung (di hunti) saat mayat akan di letakkan di halaman rumah di saat acara adat partuat ni natua-tua na sari/saormatua. Dan disebut dengan mardondon tua.
Biasanya parumaen siangkangan ( menantu perempuan pertama) yang akan menjungjungnya dan diikuti oleh keluarga di saat akan keluar dari rumah.
Tapi di beberapa daerah batak ada beberapa perbedaan cara dan peraturan. 
  •  Di sebagian daerah mengatakan walaupun ada menantu wanita pertama ( parumaen siangkangan) tapi jika dia sudah janda ( mabalu) tidak boleh lagi menjunjung sijagaron. Dan itu akan diserahkan kepada parumaen yang dari anak kedua dan seterusnya. Tapi jika anak dari parumaen siangkangan sudah menikah, maka istri dari parumaen siangkanganlah yang akan menjingjingnya.  
  •  Di sebagian daerah hanya parumaen yang meninggal atau istri dari keturunannya yang boleh menjunjung sijagaron, jika almarhum tidak memiliki putera maka istri dati putera adik maupun abangnya lah yang harus menjunjung sijagaron. Tapi sebagian daerah saat ini sudah memperbolehkan puteri (boru) kandung dari yang meninggal menjunjung sijagaron. Dikarenakan almarhum tidak memiliki anak atau anakanya belum ada yang menikah.
3.       Di sebagian daerah juga selain sijagaron, keturunan dari almarhum akan menggendong tandok kecil yang berisi hariaara, baringin dan ompu-ompu di saat acara tortor dan dondon tua. Biasanya ini dilaksanakan oleh orang batak di daerah habinsaran dan daerah lainnya.
Setelah yang meninggal sudah dikebumikan (dikubur) maka sebagian isi dari sijagaron itu akan di tanam di bagian atas kuburan yang meninggal. Hariara, baringin, sihilap, dan ompu-ompu dan disebut sebagai acara manuan raja ni duhut-duhut.

Beberapa hari setelah penguburan almarhum, keturunannya akan berkumpul lagi untuk makan itak gurgur yaitu tepung beras yang dihaluskan hasil dari padi yang di dalam ampang sijagaron dicampur dengan gula dan parutan kelapa. Sebagai ungkapan syukur karena acara penguburan orangtua nya berjalan dengan baik dan berharap semua doa dan berkat yang diberikan semua tamu didengarkan Tuhan dan terjadi.


Tapi di daerah perantauan orang batak sudah sangat jarang membuat sanggul marata ini, mungkin dikarenakan bahan dan alat-alatnya yang sulit ditemukan di perantauan. Bahkan ada sebagian orang mengatakan sijagaron bisa saja di adakan dengan bantuan pihak katering tapi dengan jumlah sewa atau cost yang tidak sedikit.
Dan mungkin dikarenakan juga sudah tidak banyak lagi orang batak yang tahu dan paham untuk membuat dan menyusun Sijagaron ini. Jangankan di perantauan, di bonapasogit sendiripun jarang kita lihat ibu-ibu muda ikut serta membuatnya, yang ada hanya orangtua. ada
Inilah sekilas tulisan tentang sijagaron ( sanggul marata) yang saya ketahui.
Kalau ada kekurangan dalam penulisan dan isi dari tulisan ini, saya siap dikoreksi.
Mohon saling berbagi ilmu dan pengetahuan demi menjaga kelangsungan budaya batak kita untuk generasi yang akan datang. Semoga budaya batak tidak lekang dan hilang oleh zaman.
Terimakasih.
                                                                                                                                                pakenos@yahoo.co.id 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar